sinposis :
Tidak ada yang sempurna, yang ada hanya saling menyempurnakan. Rasa
saling percaya yang diamini oleh hati menjadi pintu pertama untuk saling
melengkapi satu sama lain. Ketika rasa percaya itu hilang, akan ada
sebuah trauma besar di dalam hati. Sebuah ketakutan akan hal sama akan
terjadi kembali ; penghianatan.
Kiwi Wo Shinjiteru adalah novel debut dari Rina Hapsarina yang memakai
nama pena Rina Shu. Sebuah novel yang bercerita tentang Shira seorang
gadis yang tidak sempurna dalam segi fisik, karena dia menderita polio
di salah satu kakinya sehingga mengharuskannya untuk menggunakan sepatu
khusus penyandang polio. Masa lalu asmara yang pahit, sebuah
penghianatan dari lelaki yang dicintainya, Yuza. Sebuah penghianatan
terhadap rasa percaya yang telah diberikan oleh hatinya, membuat Shira
tidak percaya lagi oleh sebuah rasa cinta. Hal yang membuat hatinya
trauma untuk menerima kehadiran lelaki lain di dalam hidupnya.
Shira yang tidak sempurna dalam fisik dapat beraktifitas normal seperti
biasa berkat sepatu khususnya. Dia bekerja sebagai jurnalis musik di
sebuah majalah. Kehidupannya yang perlahan berangsur normal paska
keterpurukannya ditinggal menikah oleh Yuza harus kembali mengalami
gejolak. Kehadiran Reiga, seorang fotografer baru di kantornya, membuat
hatinya kembali jatuh bangun. Dalam hatinya Shira mengakui bahwa dirinya
terpikat oleh Reiga, namun logika dengan keras menolak semua pernyataan
cinta yang Reiga berikan. Luka yang pernah ada masih terasa. Trauma
masih membayang jelas di hatinya. Sebuah rasa percaya menjadi sangat
mahak harganya.
Dalam menghadapi segala masalahnya, putus dengan Yuza, Reiga yang
mendekatinya, dan Alena yang ternyata menyukai Reiga sejak lama, Shira
selalu bersandar pada Rana, sahabat terbaiknya. Seorang wanita
penyandang Muscular Distrophy, namun Rana tidak dapat berjalan sendiri,
dia harus duduk di kursi roda. Rana adalah tempat Shira bersandar,
tempat Shira mencurahkan semua keluh kesah hatinya dan tempatnya
bercerita tentang segala gundah hati yang dirasakannya.
Secara garis besar, Kimi Wo Shinjiteru berkisah tentang jatuh bangunnya
hati seorang wanita. Wanita tidak sempurna yang takut untuk membuka
hatinya dan mempercayakannya lagi pada lelaki lain, semenjak kisah kelam
yang dialaminya. Kisah tentang kuatnya persahabatan antara Shira dan
Rana. Dalamnya jalinan persahabatan di antara mereka. Kisah tentang
hancurnya perasaan Shira saat Rana harus pergi akibat penyakit leukimia
yang dideritanya. Kisah tentang betapa kerasnya usaha yang dilakuan
Reiga untuk membuat Shira mempercayakan hatinya kepada Reiga, dan
tentang indahnya kisah cinta antara Rana dan Gillian.
Penceritaan yang penulis suguhkan di novel Kimi Wo Shinjiteru ini cukup apik. Dikemas dengan gaya penceritaan yang simple,
sehingga mudah untuk dicerna dan dipahami. Emosi antar kisah dan tokoh
yang penulis ciptakan di novel ini sungguh mengesankan. Saya dapat
merasakan emosi yang dirasakan oleh Shira, saat bahagia, kecewa, dan
terutama saat Shira kehilangan sosok Rana yang selama ini menjadi
setengah dari tiang penyangganya untuk tetap kuat. Kalimat-kalimat
motivasi diri juga bertebaran di novel ini, sekelumit baris kata-kata
yang cukup membuat saya merenung.
"... Apapun alasannya, kita ini 'cuma' wakil Tuhan. Dan, kita harus
menjalankan hidup yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita dengan
sebaik-baiknya." (Hal. 19)
"Tubuh manusia itu gampang beradaptasi. Yang nggak punya tangan, kaki
beradaptasi menggantikan tangan. Yang bisu, tangan dengan mudah
berbicara menggantikan mulut. Dan yang buta, mata hatinya yang berperan.
(Hal. 149)
"Kacau atau nggak kacaunya hidup kamu, cuma kamu yang bisa putusin.
Hidup itu pilihan, Ra. Cuma kamu yang bisa tentuin gimana seharusnya
hidup kamu." (Hal. 183)
"Bukankah untuk merasakan kebahagiaan, kita harus merasakan sakit
dulu? Itu sebabnya, kita bisa mengerti arti sebuah kebahagiaan karena
kita pernah merasakan dan mengalami apa yang melukai hati dan membuat
mata kita menangis." (Hal.277)
"Nggak ada sesuatu yang nggak mungkin. Menidakmungkinkan sesuatu berarti menidakmungkinkan Tuhan. (Hal. 278)
Namun, tempo cerita yang lambat di awal cerita, sedikit membuat
kenyamanan dan keasikkan membaca novel ini sedikit terganggu.
Terdapatnya beberapa bagian cerita yang tidak berhubungan, membuat
narasi di novel ini sedikit bertele-tele.
Disamping kelebihan dan kekurangan yang terdapat di novel ini. Saya
sangat mengapresiasi karya ini. Karya yang sangat memberikan saya
motivasi diri. Penulis novel ini, Rina Hapsarina, merupakan penyandang
Muscular Distrophy. Dia mampu menghadirkan cerita yang cukup
merepresantasikan keadaan orang-orang seperti dirinya dengan sangat
baik di novel ini. Novel yang menjadi pembuktian diri bahwa tidak ada
yang tidak mungkin. Dari hati yang terdalam, saya menyatakan kekaguman
dan hormat kepada Rina Hapsarina.
kesimpulan:
Dalam novel ini banyak hal yang dapat kita pelajari, mulai dari mempercayai orang lain, kerabat, teman dan keluarga. dan terlebih lagi dari sang pengarang yang ternyata mengidap penyakit Muscular Distrophy, dimana ia bisa membuat sebuah cerita novel yang sangat baik biarpun ia memiliki sedikit kekurangan
sumber : http://danisblogbuku.blogspot.com/2012/03/judul-kimi-wo-shinjiteru-believe-in-me.html
Senin, 21 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar